Senin, 08 Februari 2021

10 Muwasafat Tarbiyah

 Muwasafat berasal daripada perkataan akar (wa-sho-fa) yang membawa maksud ciri-ciri atau watak atau rupa diri. Muwasafat adalah pelaku kepada perkataan (wa-sho-fa) atau disebut sebagai (fai’l) yang bermaksud penyerlahan watak secara khusus.

Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud dalam buku yang berjudul terjemahan ‘peringkat-peringkat tarbiyah ikhwanul muslimin’ mendefinasikan tarbiyah ialah cara ideal berinteraksi dengan manusia untuk mengubah mereka dari satu keadaan kepada keadaa yang lebih baik.

Muwasafat tarbiyah ialah ciri-ciri ataupun peribadi yang perlu ada pada seorang seorang muslim.

Muwasafat Tarbiyah adalah kriteria yang perlu ditanamkan dalam diri untuk membentuk keperibadian Muslim yang unggul. Insyaallah.

Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada 10 profil atau ciri khas yang harus lekat pada pribadi muslim.


1.      1. Salimul Aqidah (Good Faith)

Aqidah yang bersih (salimul aqidah). Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162).

Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu:

1) Tidak mengkafirkan seorang muslim

2) Tidak mengedepankan makhluk atas Khaliq

3) Mengingkari orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah swt dan tidak bergabung dalam majlis mereka

 

2.       2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)

Ibadah yang benar (shahihul ibadah). Dalam satu haditsnya; beliau (Muhammad Saw) menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

Beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari shahihul ibadah, yaitu:

1. Khusyu’ dalam shalat

2. Qiyamul-Lail minimal satu kali dalam sepekan

3. Bersedekah


3.       3. Matinul Khuluq (Strong Character)

Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).

Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1. Tidak ‘inad (membangkang)

2. Tidak banyak mengobrol

3. Sedikit bercanda

 

4.       4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)

Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi). Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya.

Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).

Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1)      Mengikuti petunjuk kesehatan dalam makanan dan minuman, seperti:

a.       Membersihkan peralatan makan dan minum

b.       Menjauhi makanan yang diawetkan dan mengkonsumsi minuman alami

2)      Mengikuti petunjuk kesehatan tentang tidur dan bangun tidur, seperti:

a.       Tidur 6 - 8 jam dan bangun sebelum fajar

b.       Berlatih 10 - 15 menit setiap hari

c.       Berjalan 2 - 3 jam setiap pekan

 

5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)

Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir. Misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).

Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).

Aplikasi dari mutsaqqoful fikri yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Hafal juz 28 dan 29 dengan baik

2) Membaca tafsir Al Qur’an juz 28 dan 29

3) Mengaitkan antara Al Qur’an dengan realita

 

6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)

Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi). Setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

Aplikasi dari mujahadatun linafsihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Memerangi dorongan-dorongan nafsu

2) Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang mubah

3) Selalu menyertakan niat jihad

 

7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)

Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi). Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.

Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memakai waktunya dengan baik. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

Aplikasi dari harishun ala waqtihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Memperhatikan adab Islam dalam berkunjung dan mempersingkat pemenuhan hajatnya

2) Memelihara janji umum dan khusus

3) Mengisi waktunya dengan hal-hal yang berfaedah dan bermanfaat

 

8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi). Maksudnya, mengerjakan sesuatu secara profesional. Yang dimaksud profesional di sini adalah, mengerjakan atau menyelesaikan segala sesuatu tepat pada waktunya, pola perilaku baik, teratur, dan sebagainya.

Aplikasi dari munzhzhamun fi syuunihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Shalat sebagai penata waktunya

2) Teratur di dalam rumah dan kerjanya

3) Merapikan ide-ide dan pikiran-pikirannya

 

9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)

Mandiri (qodirun alal kasbi). Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rezeki dari Allah Swt, karena rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

Aplikasi dari qodirun alal kasbi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Bekerja dan berpenghasilan

2) Tidak berambisi menjadi pegawai negeri

3) Mengutamakan spesialisasi langka yang penting dan dinamis

 

10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)

Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi). Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar.

Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).

 Aplikasi dari nafi’un lighoirihi yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Komitmen dengan adab Islam di dalam rumah

2) Mendorong orang lain berbuat baik

3) Membantu yang membutuhkan


Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.


 

Sumber: 123

 

© MEDISROMANSA

0 komentar:

Pengikut