Sabtu, 27 Januari 2018

Kisah Umar Bin Khattab dan Pengemis Tua





السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 


Teman-teman yang dicintai Allah, kali ini kita akan membahas tentang kisah pemimpin islam. Saya ingin berbagi cerita inspiratif tentang Kisah Umar Bin Khattab dan pengemis tua. Kisah ini terjadi pada masa Umar Bin Khattab menjabat sebagai khalifah ke-2 menggantikan khalifah Abu Bakar Sidiq r.a. 
Teman-teman, tau gak? Khalifah Umar Bin Khattab selain terkenal dengan sikapnya yang tegas dan adil, juga sangat hati-hati dalam menjaga amanah jabatan dan kekuasaan yang diembannya, loh. Akan tetapi sebagai seorang manusia, Khalifah Umar Bin Khattab sadar bahwa dia terkadang memiliki kealpaan. Walaupun dia telah berusaha semaksimal mungkin untuk mensejahterakan rakyatnya, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan masih ada sebagian masyarakat yang luput dari kebijakannya tersebut sehingga tidak merasakan dampaknya kebaikannya. 
Oleh karena itu, jika Umar Bin Khattab mengetahui masih ada rakyatnya yang menderita, maka dia bersegera untuk memberikan bantuan, bahkan oleh dirinya pribadi secara langsung. Hal itu semata-mata dilakukannya karena rasa takutnya akan siksaan yang akan diterimanya kelak di Hari Pembalasan akibat kelalaiannya sebagai seorang Khalifah atau pemimpin. 
Kisah Umar Bin Khattab dan pengemis tua ini merupakan salah satu contoh bagaimana keagungan pribadi beliau sebagai seorang khalifah dan pemimpin rakyat. Yuk, kita simak kisahnya!! 
↓↓↓
Suatu ketika, saat Umar Bin Khattab sedang dalam perjalanan pulang dari negeri Syam menuju Madinah, dia bertemu dengan seorang wanita pengemis tua. Si wanita pengemis tua itu tengah beristirahat di gubuknya yang sudah reyot.
Saat itu Khalifah Umar Bin Khattab menyamar menjadi orang awam karena beliau ingin melihat sendiri akan penderitaan yang di alami oleh rakyatnya dan ingin mendapat maklumat atau pandangan rakyat terhadapnya. 
Ketika tiba di rumah wanita pengemis tua tersebut, Khalifah memberi salam dan berkata. “Adakah nenek mendengar apa-apa berita tentang Umar?, kabarnya Umar baru saja pulang dari Syria dengan selamat”. Kata khalifah lagi, “Bagaimana pendapat nenek tentang khalifah kita itu?” 
Si wanita pengemis tua itupun menjawab, “Aku berharap Allah tidak membalasnya dengan kebaikan”. 
Umar kemudian penasaran dengan jawaban si wanita pengemis tua itu dan lanjut bertanya. “Mengapa begitu?” tanya Umar.  
 “Ia sangat jauh dari rakyatnya. Semenjak menjadi khalifah dia belum pernah menjenguk pondok aku ini, apa lagi memberi uang”.jawab sang wanita pengemis tua 
“Bagaimana mungkin dia dapat mengetahui keadaan nenek sedangkan tempat ini jauh terpencil,” kata Umar. 
Wanita pengemis tua itu mengeluh dan berkata “Subhanallah! tidak mungkin seorang khalifah tidak mengetahui akan keadaan rakyatnya walau dimana mereka berada”. 
Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar Bin Khattab tersentak lalu berkata didalam hatinya, “Celakalah aku karana semua orang dan nenek ini pun mengetahui perihal diriku”. 
Khalifah Umar Bin Khattab menyesal sambil menitiskan air mata. Kemudian beliau melanjutkan perkataannya, “Wahai nenek, berapakah kamu hendak menjual kezaliman Umar terhadap nenek?. Saya kasihan kalau khalifah Umar Bin Khattab nanti akan masuk neraka. Itu pun kalau nenek mau menjualnya”. 
 Kata wanita pengemis tua, “Jangan engkau bergurau dengan aku yang sudah tua ini”.
“Saya tidak bergurau wahai nenek, saya sungguh-sungguh, berapakah nenek akan menjualnya. Saya akan menebus dosanya, maukah nenek menerima uang sebayak 25 dinar ini sebagai harga kezalimanya dari khalifah Umar Bin Khattab terhadap nenek ?” Umar Bin Khattab menjawab sambil menyerahkan uang tersebut kepada wanita pengemis tua itu.  
“Terima kasih nak, baik benar budi mu” kata wanita pengemis tua itu sambil mengambil uang yang diberikan oleh Khalifah Umar Bin Khattab. 
Sementara itu Saiyidina Ali bin Abi Thalib bersama Abdullah bin Mas’ud sedang berjalan juga di kawasan itu. Melihat Khalifah Umar berada disitu, mereka pun memberi salam. “Assalamualaikum ya Amirul Mukminin”. mendengar ucapan tersebut, tahulah nenek bahwa tamu yang berbicara dengannya sebentar tadi adalah Khalifah Umar Bin Khatab.  
Dengan perasaan takut dan gemetar wanita pengemis tua itu berkata “Masya Allah, celakalah aku dan ampunilah nenek atas kelancangan nenek tadi ya Amirul Mukminin. Nenek telah memaki Khalifah Umar bin Khattab dihadapan tuan sendiri” 
Ratapan nenek telah menyadarkan Saiyidina Umar Bin Khattab. “Tidak apa-apa Nek, semoga Allah merahmatimu,” kata Umar. Umar kemudian menyobek sebagian bajunya dan menuliskan sesuatu. “Bismillahirrahmanirrahim, Dengan ini Umar Bin Khattab telah menebus dosanya atas kezalimannya terhadap seorang nenek yang merasa dirinya dizalimi oleh Umar Bin Khattab, semenjak menjadi khalifah sehingga ditebusnya dosa itu dengan 25 dinar. Dengan ini jika perempuan itu mendakwa Umar Bin Khattab di hari Mahsyar, maka Umar Bin Khattab sudah bebas dan tidak bersangkut paut lagi”. 
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh Sayyidina Ali bin Abi Talib dan di saksikan oleh Abdullah bin Mas’ud. Baju tersebut diserahkan kepada Abdullah bin Mas’ud sambil berkata “Simpanlah baju ini dan jika aku mati masukkan kedalam kain kafanku untuk dibawa mengadap Allah SWT”.

Demikianlah cuplikan kisah Umar Bin Khattab dan Pengemis Tua yang bisa menjadi bahan renungan dan pelajaran bagi kita saat ini. Bagaimana contoh akhlak seorang pemimpin Islam yang sesungguhnya. Tidak heran jika masa kepemimpinan khalifah Umar Bin Khattab yang hanya sekitar 10 tahun (13-23 H / 634-644 M), telah berhasil membawa dakwah dan kebesaran Islam hingga ke berbagai wilayah diluar jazirah arab. Pada masa kekuasaan Khalifah Umar Bin Khattab r.a, kekuasaan Islam sudah meliputi jazirah Arabiah, Palestina, Syiriah, sebagian besar wilayah Persia dan Mesir. Semoga rahmat Allah senantiasa menyertainya.





Sumber:

  • https://pondokislami.com/kisah-umar-bin-khattab-dan-pengemis-tua.html

Sabtu, 20 Januari 2018

Suka Nyontek? Dosa Loh!!





Setiap kali mendengar kata ujian, para pelajar biasanya langsung syok. Belajar kebut semalam pun tak jadi pilihan. Padahal dengan begitu banyaknya materi tidak mungkin otak akan mampu mengingat semua hal yg sudah dipelajari. Alhasil berbagai macam strategi pun menjadi jurus ampuh para pelajar. Salah satunya usaha untuk mencontek. Apakah kalian salah satunya? Bagaimanakah hukum mencontek dalam pandangan islam? Kita simak yuk!

Islam Melarang Berbuat Curang dan Berbohong

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR. Muslim no. 101, dari Abu Hurairah).


Hadits di atas ada kisahnya loh, yaitu ketika seorang pedagang mengelabui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak jujur dalam jual belinya. Dari Abu Hurairah, ia berkata,



أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى



“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim no. 102)


Nah, Ini berarti setiap orang yang menipu, berbohong, berbuat curang, mengelabui dikatakan oleh Nabi bukanlah termasuk golongan beliau. Artinya, diancam melakukan dosa besar. Menyontek pun demikian.


Akibat Berbuat Curang Saat Ujian

Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta.  Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ 
عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا


“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)


Sob, tak pelak lagi, mencontek itu sudah termasuk sifat orang munafik, seperti dalam hadis berikut disebutkan tiga tanda munafik,



آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ


“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar” (HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59).


Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini menerangkan tanda munafik, yang memiliki sifat tersebut berarti serupa dengan munafik atau berperangai seperti kelakuan munafik. Karena yang dimaksud munafik adalah yang ia tampakkan berbeda dengan yang disembunyikan. Pengertian munafik ini terdapat pada orang yang memiliki tanda-tanda tersebut” (Syarh Muslim, 2: 47).


Hayoo, gak mau kan disebut orang munafik gara-gara nyontek? Dan teman-teman,perlu diketahui, ternyata akibat mencontek pun dapat dirasakan dalam jangka pendek. Misalnya saat ujian berlangsung, kita menjadi tidak pede dengan jawaban kita sendiri. Padahal barangkali jawabannya lebih benar daripada milik teman kita. Selain itu, menyontek juga dapat membahayakan diri sendiri loh, karena bila ketahuan guru, bisa dipastikan nilai sikap kita jelek atau kalo bapak/ibu guru lagi baik nilai ujian kita cuman dikurangi poinnya (tapi rugi juga, kan? hehe). Nah, bagi yang dicontek, tidak menyesalkah kalian bila yang menyontek mendapat hasil ujian yang lebih tinggi daripada kita yang dicontek? Artinya, kerjasama saat di ‘medan perang’ ujian adalah kesia-siaan, karena teman kita hanya memanfaatkan diri kita, dan bahkan kita sendiri tidak sadar telah dimanfaatkan. Hal ini sering terjadi. Bro, sist, yang namanya kompetisi, maka setiap peserta harus bersaing, bukannya malah bekerja sama. Karena yang namanya juara itu hanya dimiliki oleh satu orang, bukan tim / kolektif.


Adapun bahaya jangka panjang seperti kata pepatah, “Siapa yang menanam, dia akan menuai hasilnya kelak.” Kalau itu adalah kejelekan yang ditanam, maka tunggu hasil jeleknya kelak. Nah, bila kita terbiasa menyontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk diri kita. Beberapa karakter yang dapat ‘dihasilkan’ dari kegiatan menyontek antara lain: mengambil milik orang lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras, dan kehalalan pekerjaan dipertanyakan. Bisa dipastikan, saat kita sudah dewasa dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil perilaku menyontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi.


Mending Nilai Pas-Pasan Tetapi Jujur

Guys, Mending hasil ujian kurang bagus dari sikap jujur dan tidak mencontek, daripada mendapat hasil baik namun dari hasil berbuat curang dan mencontek. Hasil ujian dari mencontek jelas tidak berkah.Prinsip inilah yang harus kita tanamkan dan kita genggam pada diri kita agar terhindar dari yang namanya mencontek.

Nah, bagi kalian yang udah terbiasa nyontek, saya kasih tips nih untuk berhenti dari kebiasaan menyontek.

  1. Menyadari bahwa hidup yang bermartabat, terhormat dan membahagiakan dalam jangka panjang itu adalah hidup yang penuh kejujuran. Betapapun beratnya kejujuran itu.
  2. Menyadari bahwa hasil dari mencontek adalah kepalsuan. Bagaimanapun tingginya prestasi yang dicapai darinya.
  3. Menyadari bahwa kebahagiaan sejati terletek pada kerja keras dan saat memetik hasil dari jerih payah kerja keras tadi. Betapapun hasil yang dicapai di bawah harapan kita.
  4. Berteman dengan orang-orang jujur dan pekerja keras dan menjauh dari lingkungan teman-teman yang suka menyontek.

Yuk, jauhi kebiasaan menyontek. Semoga Allah mendatangkan kemudahan dan juga memberikan taufik kepada kita untuk berlaku jujur dan menjauhi kecurangan. Karena jujur itu baik, dan sesuatu yang baik akan menuai hasil yang baik pula. OKE!! 

“Biasakanlah untuk jujur, karena kejujuran itu menuntun kita pada kebaikan dan kebaikan itu menuntun kita pada keselamatan.” 
- Abdullah Gymnastiar 










Sumber:
https://muslim.or.id/21120-dosa-menyontek-saat-ujian.html


Jumat, 12 Januari 2018

Islam dan Dunia Remaja




Islam dan Dunia Remaja. Sebenarnya apa sih hubungan islam dan dunia remaja itu? Memang ada hubunganya ya? Sebelum kita membahas itu, kita bahas dulu nih, bagaimana sih remaja di mata Islam dan Islam di mata remaja itu sendiri?

Nah, Remaja di mata Islam sudah seperti tonggak kesuksesanya, hal ini dikarenakan remaja adalah generasi penerus Islam. Jika generasi remajanya bagus dan bisa mengamalkan Islam dengan baik, maka Islam juga akan semakin tangguh. Akan tetapi bila remajanya sudah menyalahi aturan  yang telah disyari’atkan oleh Islam, dan akhlaqnya telah rusak, maka Islam juga akan mudah sekali runtuh dan tidak memiliki kekuatan. Islam di mata remaja hendaknya dijadikan panutan dan tuntunan dalam menjalani hidup, karena apabila remaja menjalankan syari’at Islam dengan sebagaimana mestinya, maka muncullah generasi muda penerus perjuangan Islam yang handal dan Insyaallah diridhoi oleh Allah.

Islam dan dunia remaja memiliki keterkaitan yang sangat erat. Islam telah mengatur segala perilaku, etika pergaulan, adab berpakaian, serta adab-adab remaja dalam Al-Qur’an serta sunnah Rasulullah. Namun di zaman ini banyak kita temui remaja yang mengalami krisis moral. Beragama Islam namun akhlaqnya tidak mencerminkan Islam sama sekali, Na’udzubillah. Mereka mengaku Islam, bahkan KTPnya pun Islam namun berkelakuan berandal, kriminal, judi, pergaulan bebas, dll. Oleh karena itu Islam mengatur kehidupan remaja agar tidak terjerumus kedalam kemaksiatan.

Berbanggalah menjadi remaja Islam jangan malah minder dengan agama kita sendiri, atau malah takut dibilang gak gaul dan nggak modern. Itu salah besar. Yuk, kita interospeksi diri, evaluasi diri, dan tentu saja segera sadar kalo misalnya kita udah salah jalan. Balik arah kembali kepada Islam yang emang menjadi agama kita. Jangan sampe deh kamu ngakunya muslim, tetapi banyak dari ajaran Islam malah kamu nggak lakuin. Ngakunya muslim, tetapi kamu malah minder dengan status muslimmu. Kita bisa kok menjadi seorang remaja yang gaul tapi tetap syar’i. Remaja yang gaul itu bukan berarti remaja yang bisa nangkring di atas motor matic, rambut dibiarkan terjepit kucir acak acakan, baju serabutan, nabrak warna dan bahan, anting gede banget (mirip sama sekrup toko bangunan), trus belum lagi niru gaya hidup orang barat yang sangat bebas tanpa aturan. Gaul bukan juga diukur dari segi penampilan, karena Rasulullah sendiri mengajarkan kita untuk hidup secara sederhana, akan tetapi remaja Islam yang gaul itu adalah remaja yang dapat sukses dunia akhirat. Senengkan kalau dunia sukses, dan akhiratpun sukses. Meskipun masih remaja kita harus bisa menjaga perilaku kita dan menghindari perbuatan yang dapat menjerumuskan kedalam kemaksiatan serta banyak mendekatkan diri kepada Allah.

Hendaklah waktu remaja kita digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti mencari ilmu, banyak menghafal surah Al-Qur’an, banyak beribadah, dll. Pokoknya jadilah remaja yang produktif, yang berprestasi, tidak hanya berprestasi di bidang akademis saja, namun dapat berprestasi dibidang akhlaq misalnya berbakti kepada orang tua karena itu adalah kunci kesuksesan kita. Jangan gunakan waktu muda kita untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan hanya membuang-buang waktu saja. Saat ini banyak kita temui remaja yang memiliki ‘penyakit’ Galau (Hayoo.. siapa yang suka Galau??), bersedih hati, bermurung-murung ria entah mungkin karena putus cinta ataupun karena ditolak sama orang yang dicintainya terus gak punya semangat lagi dan lebih seneng menyendiri, dan sedih terus-terusan. Bro, sist,  sebenarnya kita tidak perlu bergalau-galau dan terus-terusan bersedih, lagipula kamu harusnya bersyukur karena dengan putus cinta atau ditolak, kamu bisa lebih intropeksi diri, karena dengan begitu, kamu tidak terjerumus dalam lembah kemaksiatan yang dilarang oleh Allah seperti pacaran. Sob, pacaran dalam Islam itu sebenarnya tidak diperbolehkan, karena itu mendekati zina. 
Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).

Ibnu Katsir berkata mengenai ayat di atas, “Dalam ayat ini Allah melarang hamba-Nya dari zina dan dari hal-hal yang mendekati zina, yaitu segala hal yang menjadi sebab yang bisa mengantarkan pada zina.”

Sehingga pacaran itu tidak boleh dalam Islam karena mendekati zina. Terus belum lagi pacaran itu butuh materi sehingga bikin kanker alias kantong kering!!,  Lagipula pacaran juga dapat mengganggu konsentrasi belajar kita loh! Percaya deh, lebih banyak madharatnya dibandingkan manfaatnya.

Sob, sebenarnya jika kita ingin mencari cinta sejati, cinta yang paling sejati adalah Allah SWT. Allah mencintai kita apabila kita juga mencintai-Nya. Allah selalu melindungi kita dan selalu membantu kita dalam kesulitan. Maka, ayo perbagus imanmu agar senantiasa bisa memfilter berbagai ide yang bertentangan dan bahkan menentang Islam. Iman kepada Allah SWT. insyaallah akan memberikan ketahanan kita terhadap hal-hal yang bisa merusak akidah, juga dengan iman yang kuat akan bisa membentengi diri dari hal yang melanggar syariat Islam. Janganlah selalu bersedih hati. Mumpung masih muda, galilah potensi dirimu, kembangkan bakatmu, perbanyaklah bersyukur dan menuntut ilmu. Jadilah remaja yang produktif, Tetap Gaul tapi Syar’i. Okay!!!.








Sumber:
  • http://duniamuslima.blogspot.co.id/2013/02/artikel-remaja-islam.html




Jumat, 05 Januari 2018

Ulang tahun, boleh kah dirayakan?




Teman-teman semua pasti mempunyai hari spesial yang selalu ditunggu-tunggu, bukan? Misalnya, memperingati hari kelahiran atau yang sering kita kenal dengan sebutan hari ulang tahun setiap tahunnya. Ketika ulang tahun, pasti kita ingin membuat sesuatu yang berkesan pada hari itu. Membuat pesta, merayakannya bersama teman atau keluarga, atau mungkin mengadakan makan-makan bersama orang terdekat? Hal tersebut pasti sering dilakukan untuk memperingati hari kelahiran. Namun, bagaimana menurut pandangan islam dalam menyikapi ulang tahun?
Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa acara pesta, makan besar, atau syukuran, maka dapat kita bagi dalam dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, perayaan tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalamnya terkandung doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau bisa juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa, namun hal tersebut dilakukan dengan keyakinan sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa) adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama, karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ


“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]
  
Teman-teman, perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,


أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوادُونِى
فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)

Kemungkinan kedua, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied. Misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, dan juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Perlu kalian ketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka dari itu Islam pun memiliki Ied sendiri. Seperti sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ,


إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا
“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]
Dari hadist di atas, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.

Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda, 

من تشبه بقوم فهو منهم

“Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]



Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya,

والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما

“Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72]


Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atas adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan pada masa Jahiliyah.


Jika ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya, seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat,


لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]



Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah- menjelaskan: “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.

Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id]

Nah, teman-teman, dengan demikian, SIKAP yang ISLAMI dalam menghadapi hari ulang tahun sebaiknya ↓↓↓
  • Tidak merayakannya,
  • Biasa-biasa saja,
  • Berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. 
  • Mensyukuri nikmat اللّهُ berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun.
  • Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, اللّهُ Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada.
  • Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.


 Sumber:

Pengikut