Pernahkah kalian merasa, pandai
mengoreksi kesalahan orang lain, tapi lupa dengan kesalahan sendiri?
Saat ramai berlaku paling sholeh, saat sendiri bermaksiat tiada takut. Pagi
ingat, petang lupa. Siang taubat, malam mengulangi. Di mata orang terlihat taat,
di mata diri sendiri begitu diharumi nafsu.
Itukah aku, Ya Allah? Apakah aku
masih pantas disebut sebagai hamba-Mu? Aku ingin kau ampuni, Ya Allah. Aku
merasa hampa. Aku ingin kau tiupkan ketenangan-Mu ke dada ini dan kau hapus
segala debu yang mengotori. Aku ingin mencintaimu, tapi bagaimanakah caranya?
INGAT! Allah sangat suka pada
hamba-Nya yang bertaubat. Sampai-sampai Allah lebih bergembira dibanding
seseorang yang kehilangan hewan tunggangannya yang membawa bekalnya, lalu hewan
tersebut tiba-tiba datang lagi kembali.
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ
سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ
“Sesungguhnya Allah itu begitu
bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara
kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang
luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).
Beberapa faedah dari hadits di atas:
- Allah begitu menyayangi hamba yang bertaubat.
- Hadits ini memotivasi kita untuk banyak bertaubat pada Allah.
- Sesuatu yang keliru yang dilakukan tidak disengaja tidaklah terkena hukuman. Seperti jika seseorang keliru mengatakan, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.’ Ini adalah kalimat kufur namun diucapkan dalam keadaan keliru, tidak disengaja.
- Hendaklah kita mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selalu menjelaskan sesuatu dengan contoh untuk semakin memperjelas sesuatu.
- Pasrah pada ketentuan Allah mendatangkan kebaikan dan keberkahan. Karena laki-laki yang dikisahkan dalam hadits di atas telah berputus asa dari hilangnya hewan tunggangannya, lantas Allah pun mengembalikan hewan tunggangannya.
- Bolehnya bersumpah untuk menguatkan perkataan pada suatu hal yang ada maslahat.
- Allah memiliki sifat (farh) yaitu bergembira yang sesuai dengan keagungan Allah Ta’ala.
- Hadits ini menunjukkan dorongan untuk mengintrospeksi diri.
“Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang membersihkan
diri “ (Surah al-Baqarah : 222).
At-Tawwabun/orang-orang
yang bertaubat : Adalah mereka yang apabila melakukan
kesalahatan atau perbuatan keji ataukah mendhzalimi diri mereka sendiri mereka
akan bersegera ingat kepada Allah, menyesali
perbuatannya, bertaubat, beriman dan segera kembali kepada Allah, meminta
ampunan akan segala dosa-dosa mereka dan tidak melanjutkan perbuatan maksiat
yang telah mereka lakukan dan menghindarkan diri dari kemaksiatan
tersebut, dan mereka telah memantapkan hati untuk tidak kembali pada
kemaksiatan itu selamanya, dan menyertakan bersama dengan taubat mereka
amal-amal yang shalih, dan sekiranya dosa itu terjadi berulang kali pada diri
mereka merekapun bertaubat dari dosa tersebut, dan barangsiapa yang bertaubat
niscaya Allah akan menerima taubatnya. Dan seorang yang bertaubat dari sebuah
dosa bagaikan seseorang yang tidak berbuat dosa.
Al-Mutathahhirun/orang-orang
yang membersihkan diri : adalah orang-orang yang mensucikan diri
mereka dari segala macam kotoran dan penyakit. Mereka yang memisahkan diri –
tidak berhubungan – dengan wanita-wanita mereka disaat wanita-wanita –istri –
mereka sedang haidh, dan juga tidak mendatangi istri mereka dibagian duburnya.
Dan mereka bersuci dengan mempergunakan air disaat mereka junub atau berhadas.
Dan mereka senantiasa giat menjaga kebersihan dikarenakan kebersihan adalah
bagian dari keimanan.
“
Dan Allah mencintai orang-orang yang mebersihkan diri “ (Surah
at-Taubah : 108).
Allah
‘azza wajalla, Dialah yang memerintahkan untuk bertaubat, dan Dia juga
mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang
membersihkan diri. Dan mereka adalah orang-orang yang kembali kepada-Nya dan
membersihkan diri dari segala macam kotoran – hati – mereka dengan mendekatkan
diri kepada-Nya. Apabila mereka mendekatkan diri kepada-Nya dengan amalan yang
dicintai-Nya, niscaya Allah akan mencintai mereka. Dan apabila Allah telah
mencintai mereka, Allah akan merasa cemburu kepada mereka jiakalau ada
seseorang yang menampak-nampakkan kekurangan atau kesalahan pada diri mereka,
dan Allah akan akan mengenakan mereka tirai penutup-Nya yang maha besar. Dan
apabila Allah telah menerima taubat seorang hamba, Allah akan menjadikan semua
makhluk lupa akan dosa hamba tersebut, dan Allah akan mengenakan kepada hamba
tersebut tirai kewibawaan agar yang memandang kepadanya melihatnya dengan
pandangan pemuliaan bukan penghinaan. Dan itu disebabkan seorang mukmin telah
mengenakan pakaian taqwa dan pakaian inilah pelindungnya, dan mukmin tersebut
dengan pakaian taqwa ini dihadapan seluruh manusia akan dimuliakan
dan disegani. Ketaqwaan mukmin tersebut tidak akan nampak oleh kasat mata,
melainkan yang dapat terlihat hanyalah keindahan pakaian itu dan kilau
cahayanya. Dan apabila mukmin itu berbuat dosa, maka pakaian itu akan ternoda
dan kemuliaannya akan sirna, dan apabila dia bertaubat, Allah akan
memerintahkan penjagaan dirinya dan anggota tubuhnya, dan itu dimaksudkan agar
kewibawaan dan kemuliaan hamba tersebut kembali lagi padanya. (Faidh al-Qadir
karya al-Manawi 1 / 313).
Sumber :
https://kautsarku.wordpress.com