Jika hari ulang tahun dihadapi dengan
melakukan perayaan, baik berupa acara pesta, makan besar, atau syukuran, maka
dapat kita bagi dalam dua kemungkinan.
Kemungkinan kedua, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan
tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau
mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui
bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied. Misalnya
Iedul Fitri, Iedul Adha, dan juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam.
Perlu kalian ketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka
dari itu Islam pun memiliki Ied sendiri. Seperti sabda Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam ,
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
-rahimahllah- menjelaskan: “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik,
kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya.
Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.
Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk
amalannya.
Karena itulah, sebagian ulama tidak
menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang
setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan
keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa.
Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena
umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah
menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah
siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di
almanhaj.or.id]
Sumber:
Kemungkinan pertama, perayaan tersebut dimaksudkan dalam
rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau
misalnya dengan acara tertentu yang di dalamnya terkandung doa-doa atau bacaan
dzikir-dzikir tertentu. Atau bisa juga dengan ritual seperti mandi kembang 7
rupa ataupun mandi dengan air biasa, namun hal tersebut dilakukan dengan
keyakinan sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka
perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa,
dzikir, istighfar (pembersihan dosa) adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah
tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten
Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang
dilarang dalam agama, karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا
فَهُوَ رَدٌّ
“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami,
maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]
Teman-teman, perlu diketahui juga, bahwa orang yang
membuat-buat ritual ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga
mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,
أَنَا
فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى
إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوادُونِى
فَأَقُولُ
أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga).
Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan
mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku
lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman,
‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR.
Bukhari no. 7049)
إن
لكل قوم عيدا وهذا عيدنا
“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]
Dari hadist di atas, Ied milik kaum muslimin telah
ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha,
juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak
termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan
tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.
Padahal
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
من
تشبه بقوم فهو منهم
“Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum
tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]
Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum
Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya
bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai
Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena seorang
Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan Allah Ta’ala
menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya,
والذين
لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما
Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat
di atas adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az
Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan pada masa Jahiliyah.
“Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia
berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72]
Jika ada yang berkata “Ada masalah
apa dengan perayaan kaum musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita
mengikutinya”. Jawabnya, seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah
sesembahan yang berhak disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan
kepada selain Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah
kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat,
لَا
تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ
حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]
Nah,
teman-teman, dengan demikian, SIKAP yang ISLAMI dalam menghadapi hari ulang
tahun sebaiknya ↓↓↓
- Tidak merayakannya,
- Biasa-biasa saja,
- Berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu.
- Mensyukuri nikmat اللّهُ berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun.
- Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, اللّهُ Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada.
- Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar