السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Teman-teman
yang dicintai Allah, kali ini kita akan membahas tentang kisah pemimpin islam. Saya
ingin berbagi cerita inspiratif tentang Kisah Umar Bin Khattab dan pengemis
tua. Kisah ini terjadi pada masa Umar Bin Khattab menjabat
sebagai khalifah ke-2 menggantikan khalifah Abu Bakar Sidiq r.a.
Teman-teman,
tau gak? Khalifah Umar Bin Khattab selain terkenal dengan sikapnya yang tegas
dan adil, juga sangat hati-hati dalam menjaga amanah jabatan dan kekuasaan yang
diembannya, loh. Akan tetapi sebagai seorang manusia, Khalifah Umar Bin Khattab
sadar bahwa dia terkadang memiliki kealpaan. Walaupun dia telah berusaha
semaksimal mungkin untuk mensejahterakan rakyatnya, akan tetapi tidak tertutup
kemungkinan masih ada sebagian masyarakat yang luput dari kebijakannya tersebut
sehingga tidak merasakan dampaknya kebaikannya.
Oleh karena itu, jika Umar Bin Khattab mengetahui
masih ada rakyatnya yang menderita, maka dia bersegera untuk memberikan
bantuan, bahkan oleh dirinya pribadi secara langsung. Hal itu semata-mata
dilakukannya karena rasa takutnya akan siksaan yang akan diterimanya kelak di
Hari Pembalasan akibat kelalaiannya sebagai seorang Khalifah atau pemimpin.
Kisah
Umar Bin Khattab dan pengemis tua ini merupakan salah satu contoh bagaimana
keagungan pribadi beliau sebagai seorang khalifah dan pemimpin rakyat. Yuk,
kita simak kisahnya!!
↓↓↓
Suatu
ketika, saat Umar Bin Khattab sedang dalam perjalanan pulang dari negeri Syam
menuju Madinah, dia bertemu dengan seorang wanita pengemis tua. Si wanita
pengemis tua itu tengah beristirahat di gubuknya yang sudah reyot.
Saat
itu Khalifah Umar Bin Khattab menyamar menjadi orang awam karena beliau ingin
melihat sendiri akan penderitaan yang di alami oleh rakyatnya dan ingin
mendapat maklumat atau pandangan rakyat terhadapnya.
Ketika
tiba di rumah wanita pengemis tua tersebut, Khalifah memberi salam dan berkata.
“Adakah nenek mendengar apa-apa berita tentang Umar?, kabarnya Umar baru saja
pulang dari Syria dengan selamat”. Kata khalifah lagi, “Bagaimana pendapat
nenek tentang khalifah kita itu?”
Si
wanita pengemis tua itupun menjawab, “Aku berharap Allah tidak membalasnya
dengan kebaikan”.
Umar
kemudian penasaran dengan jawaban si wanita pengemis tua itu dan lanjut
bertanya. “Mengapa begitu?” tanya Umar.
“Ia
sangat jauh dari rakyatnya. Semenjak menjadi khalifah dia belum pernah
menjenguk pondok aku ini, apa lagi memberi uang”.jawab sang wanita pengemis tua
“Bagaimana
mungkin dia dapat mengetahui keadaan nenek sedangkan tempat ini jauh terpencil,”
kata Umar.
Wanita
pengemis tua itu mengeluh dan berkata “Subhanallah! tidak mungkin seorang
khalifah tidak mengetahui akan keadaan rakyatnya walau dimana mereka berada”.
Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar Bin Khattab tersentak lalu berkata
didalam hatinya, “Celakalah aku karana semua orang dan nenek ini pun
mengetahui perihal diriku”.
Khalifah
Umar Bin Khattab menyesal sambil menitiskan air mata. Kemudian beliau
melanjutkan perkataannya, “Wahai nenek, berapakah kamu hendak menjual
kezaliman Umar terhadap nenek?. Saya kasihan kalau khalifah Umar Bin Khattab
nanti akan masuk neraka. Itu pun kalau nenek mau menjualnya”.
Kata wanita pengemis tua, “Jangan engkau
bergurau dengan aku yang sudah tua ini”.
“Saya tidak bergurau wahai nenek, saya sungguh-sungguh, berapakah nenek akan
menjualnya. Saya akan menebus dosanya, maukah nenek menerima uang sebayak 25
dinar ini sebagai harga kezalimanya dari khalifah Umar Bin Khattab terhadap
nenek ?” Umar Bin Khattab menjawab sambil menyerahkan uang tersebut kepada
wanita pengemis tua itu.
“Terima kasih nak, baik benar budi mu” kata wanita pengemis tua itu
sambil mengambil uang yang diberikan oleh Khalifah Umar Bin Khattab.
Sementara itu Saiyidina Ali
bin Abi Thalib bersama Abdullah bin Mas’ud sedang
berjalan juga di kawasan itu. Melihat Khalifah Umar berada disitu, mereka pun
memberi salam. “Assalamualaikum ya Amirul Mukminin”. mendengar ucapan tersebut,
tahulah nenek bahwa tamu yang berbicara dengannya sebentar tadi adalah Khalifah
Umar Bin Khatab.
Dengan
perasaan takut dan gemetar wanita pengemis tua itu berkata “Masya Allah,
celakalah aku dan ampunilah nenek atas kelancangan nenek tadi ya Amirul
Mukminin. Nenek telah memaki Khalifah Umar bin Khattab dihadapan tuan sendiri”
Ratapan nenek telah menyadarkan Saiyidina Umar Bin Khattab. “Tidak
apa-apa Nek, semoga Allah merahmatimu,” kata Umar. Umar kemudian menyobek
sebagian bajunya dan menuliskan sesuatu. “Bismillahirrahmanirrahim, Dengan
ini Umar Bin Khattab telah menebus dosanya atas kezalimannya terhadap seorang
nenek yang merasa dirinya dizalimi oleh Umar Bin Khattab, semenjak menjadi
khalifah sehingga ditebusnya dosa itu dengan 25 dinar. Dengan ini jika
perempuan itu mendakwa Umar Bin Khattab di hari Mahsyar, maka Umar Bin Khattab
sudah bebas dan tidak bersangkut paut lagi”.
Pernyataan
tersebut ditandatangani oleh Sayyidina Ali bin Abi Talib dan di saksikan oleh
Abdullah bin Mas’ud. Baju tersebut diserahkan kepada Abdullah bin Mas’ud sambil
berkata “Simpanlah baju ini dan jika aku mati masukkan kedalam kain kafanku
untuk dibawa mengadap Allah SWT”.
Demikianlah
cuplikan kisah
Umar Bin Khattab dan Pengemis Tua yang bisa menjadi bahan
renungan dan pelajaran bagi kita saat ini. Bagaimana contoh akhlak seorang
pemimpin Islam yang sesungguhnya. Tidak heran jika masa kepemimpinan khalifah
Umar Bin Khattab yang hanya sekitar 10 tahun (13-23 H / 634-644 M), telah berhasil
membawa dakwah dan kebesaran Islam hingga ke berbagai wilayah diluar
jazirah arab. Pada masa kekuasaan Khalifah Umar Bin Khattab r.a, kekuasaan
Islam sudah meliputi jazirah Arabiah, Palestina, Syiriah, sebagian besar
wilayah Persia dan Mesir. Semoga rahmat Allah senantiasa menyertainya.
Sumber:
Sumber:
- https://pondokislami.com/kisah-umar-bin-khattab-dan-pengemis-tua.html
0 komentar:
Posting Komentar