Assalamualaikum ukhi akhti. Bagaimana kabarnya sore ini?
Syukur Alhamdulillah kalau pada baik. Akhirnya, dapat bahan juga buat update
blog ini. Karena tadi habis kajian rutin.
Jadi, apa yang bakal kita bahas sore ini? Pada penasaran?
Yakin? Ciyus? Miapah? Hehehe.
Jadi, sore ini kita bakal bahas tentang Tawazun. Ada yang
pernah deger? Atau kurang familiar sama kata itu? Jadi, tawazun artinya
seimbang.
Sebagaimana Allah telah menjadikan alam semesta beserta
isinya berada dalam sebuah keseimbangan
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang?(Q.S.67:30)
Coba deh sejenak kita melihat sekeliling kita. Ada nggak sih
yang tidak seimbang? Allah menciptakan udara dengan takaran yang sudah matang.
Ada oksigen, nitrogen, dan sebagainya untuk keperluan makhluk hidup yang ada di
bumi. Nyamuk yang sering kita maki-maki pun, walau nyebelin punya manfaat, kan?
Kalau nggak ada nyamuk mana mungkin ada obat nyamuk, kalau nggak ada obat
nyamuk, mereka yang kerja di perusahaan obat nyamuk mana mungkin dapat duit. Ya
kan? So, segala sesuatu yang diciptakan Allah itu pasti ada hikmahnya.
Manusia dan agama Islam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah
yang sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan agama lslam untuk
manusia yang tidak sesuai Allah (30: 30). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa
manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri
beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap
dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah
karena pengaruh lingkungan (Hadits: Setiap bayi terlahir daIam keadaan fitrah
(Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi).
Jadi, kita yang dapat berojol dapat orangtua Islam mesti bersyukur.
Alhamdulillah.
Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi,
yaitu Al-Jasad (Jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki
ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk
menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.
Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing. :
1. Jasmani
Mu’min yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah
daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu
makanan yang halaalan thayyiban (halal dan baik) [80:24, 2:168], beristiharat
[78:9], kebutuhan biologis [30: 20-21] & hal-hal lain yang menjadikan
jasmani kuat.
2. Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalya. Akal
pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya.
Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan
dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh
Allah diperuntukkan baginya
supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai
khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di atas bumi) [2:30, 33:72]. Kebutuhan akal
adalah ilmu [3:190] untuk pemenuhan sarana kehidupannya.
3. Ruh (hati)
Kebutuhannya adalah dzikrullah [13:28, 62:9-10]. Pemenuhan
kebutuhan rohani sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki semangat hidup,
tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban
amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.
Nah kalau ketiga potensi yang kita miliki itu seimbang.
InsyaAllah hidup kita bakal selamat dunia akhirat deh. Dengan keseimbangan
manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena
pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya.
Jadi, tunggu apalagi nih? Ayo jadi manusia seutuhnya yang
pandai mensyukuri nikmat Allah dengan tawazun.
Semoga artikel pertama kali ini, bisa bermanfaat. Syukron J